Minggu, 18 Januari 2015

“Gembok Cintamu” di Taman Balaikota – Bandung




Jumat, 9 Januari 2015 yang lalu, saya beserta kedua murid yang kini bernjak menjadi dewasa, pergi ke salah satu taman di Kota Bandung, Taman Balaikota. Sejuknya udara dan nyamannya fasilitas untuk bisa berelaksasi, membuat keberadaan Taman Balaikota ini menjadi salah satu tempat favorit bagi warga bandung, salah satunya kaum remaja. 
Taman yang terletak dihalaman komplek Balaikota Bandung ini memiliki tempat yang lumayan luas serta penataan taman yang tampak serasi. Sehingga tak jarang hal ini banyak dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk bisa ber-reuni dengan teman sekaligus selfie. Atau bahkan bagi para remaja yang menggemari aktifitas cover dance, tempat ini menjadi tempat yang paling sering dipakai untuk berlatih. Selain sejuk dan nyaman, juga berada di pusat keramaian. 

Tidak hanya itu, yang menjadi daya tarik lainnya dari Taman Balaikota ini yaitu dengan adanya keberadaan ‘Gembok Cinta’. Gembok-gembok yang terpasang pada jaring kawat menyerupai gawang ini dijadikan sebagai simbol dari cinta sejati. Yang harapannya bisa melambangkan hubungan yang kuat, terpatri sampai mati. Lebaaay..



============================== Galeri Narsis =============================


Kamis, 08 Januari 2015

Mamih Ungu; “Kuliner mantap nan hemat”



Selasa, 6 januari 2014, saya beserta nenek dan juga momski makan disalah satu tempat makan (yang konon katanya) terkenal di Sukabumi akhir-akhir ini, Mamih Ungu. Awalnya keberangkatan kami ke Kota, berhubung kami tinggal di kabupaten, hanya sekadar mengantar nenek ke kantor Pos dan juga ke 'Optik' untuk mengganti Kacamata. Namun berhubung kebutuhan perut saat itu sudah tidak bisa ditanggulangi, maka kami pun memutuskan untuk mencari tempat P3K yang enak dan asik untuk dikunjungi. (P3K = Pertolongan Pertama Pada Perut Keroncongan)

                      Foto 1; Kedai Mamih Ungu Cabang 2

Akhirnya, atas rekomendasi sepupu maka munculah nama “Mamih Ungu”. Salah satu Kedai Sunda yang bertempat di Jalan Brawijaya, belakang dealer Suzuki, Kota Sukabumi.   

Di bawah jam dua belas siang, suasana di Mamih Ungu tidaklah begitu ramai. Namun akan menjadi sangat ramai saat memasuki jam makan siang. Hehe, maklum karena bisa dikatakan disana merupakan kawasan perkantoran. Tapi jangan khawatir, walaupun bisa dibilang baru, namun Kedai Mamih Ungu ini sudah memiliki cabang lho! Masih di kawasan yang sama namun dengan letak bangunan yang berbeda. Letak yang pusat dan cabang nyaris hanya terhalang oleh beberapa bangunan saja.

                    Foto 2; Berlesehan ria di Mamih Ungu

Untuk masalah harga, kita tidak usah merogoh kocek terlalu dalam. Karena betul-betul standard an memuaskan. Seperti halnya untuk menu paketan seperti; paket nasi liwet, nasi ungu, nasi hijau, nasi tutug, de el el, kita hanya cukup mengeluarkan uang sebesar delapan belas ribu ruapiah saja. Begitu pun untuk menu satuan seperti paru, babat, jenis osengan, tumis, dll 10.000 s.d 15.000 –an. Pokoknya tidak ada yang melebihi harga 30.000 deh. Hehe 

                    Foto 3; Mantap, nikmat dan hemat..
Walaupun Kedai Mamih Ungu ini bisa dibilang sederhana, jika dibandingkan dengan kebanyakan tempat kuliner di Kota Bandung. Namun, Kedai si mamih Ungu ini bisa menjadi salah satu pilihan wajib bagi kita yang ingin berjelajah kuliner di Kota Sukabumi. Nikmat, hemat dan mantap!    
                                                            

=========================================================================
                                                                         Galeri Narsis

 

Minggu, 04 Januari 2015

Liliwetan di Rumah Bu Tina..



Hari kedua di tahun 2015, tepatnya pada hari Jum’at, sebagian dari guru SMK BPI melakukan kunjungan singkat ke kediaman salah satu rekan kerja kami, Ibu Tina Rosahdi yang bertempat di daerah Sekemirung Kidul RW 10-Cigadung Raya, Bandung. Kunjungan tersebut awalnya dimaknai sebagai acara perpisahan bagi keempat rekan kami; Bu Vina, Bu Santi, Bu Ningrum dan Bu Tina sendiri, yang mana untuk periode 2014/ 2015 dan seterusnya tidak akan lagi ada bertugas di SMK BPI. Dengan alasan (pribadi) yang berbeda-beda tentunya, keempat rekan kami tersebut memutuskan untuk tidak melanjutkan kembali tugasnya sebagai guru di SMK BPI. Akan tetapi walaupun demikian, harapan dari adanya acara kemarin semoga bisa menjadi awal yang baik untuk sebuah jalinan silaturahim yang lebih akrab lagi kedepannya. Jadi berakhirnya hubungan kepartneran di tempat kerja tidak lantas membuat terputusnya hubungan kita untuk tetap bersaudara. Justru harus tetap terjalin bak sebuah keluarga.

                                Foto 1: Walaupun tidak semua guru SMK BPI bisa hadir, 
                                             tetapi tetap SMK, Bisa!
Di awal kedatangan, kami semua dikagetkan dengan beragam menu makanan yang disajikan oleh tuan rumah. Meskipun tema yang diusung saat itu konon katanya “liliwetan” (makan nasi liwet hemat-merakyat), tetapi dengan banyaknya pilihan lauk pauk yang disajikan kami merasa ‘keder’ sendiri (kalau  kata orang Jakarta bilang). Terlebih kami para perempuan merasa malu karena tidak turut membantu. Hehe..  Thank you so much, Bu Tina.. :-*

                                Foto 2; Liliwetan ala rumah Bu Tin..
                               
                                 Foto 3; Gantian gendong Dede Alan dan Dede Gani.. :-*