Sabtu, 01 Agustus 2015

Bukit Bintang a.k.a Bukit Moko




7 Juni 2015, bertepatan dengan dua hari menjelang bulan Ramadhan, saya beserta teman-teman di Komunitas pergi menjelajah ke Puncak Bintang. Salah satu tempat wisata alam yang ‘ngetrend’ di Bandung akhir-akhir ini. Tidak hanya menyajikan panorama perbukitan yang ciamik, tetapi juga beribu-ribu cadangan O2 yang alami dan menyegarkan. Di siang hari, udara di Puncak Bintang terasa sangatlah sejuk, hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya pepohonan yang tumbuh disekitar sini.


Usut punya usut, tempat wisata ini pertama kalinya diresmikan di tahun 2014 oleh Kepala perhutani Divreg Jabar banten lho. Dan sebelum menjadi hutan tempat wisata seperti sekarang, Puncak Bintang awalnya merupakan hutan pinus sadapan. Walaupun masyarakat setempat pernah menjulukinya sebagai ‘hutan’, akan tetapi kondisi hutan disini cukuplah tertata dan bersih. Membuat hati tenang dan ingin berlama-lama.


 Akses masuk untuk bisa ke Bukit Bintang, masuk dari Jl.PHH.Mustafa ke Jalan Padasuka (Saung Angklung Udjo). Dari sana terus saja mengikuti jalan sampai pada akhirnya sampai di Bukit Bintang tersebut. Lama perjalanan dari jalan raya (Jalan padasuka) menuju Bukit Bintang memakan waktu sekitar 1 – 2 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor.






     ============================= Galeri Narsis ==============================




Senin, 08 Juni 2015

Olin...

Tetiba ingat one of my besties semasa kuliah dulu, Yani Apriyani, atau yang akrab disapa Olin. Wanita asli Cililin yang kini tengah merantau di Tangerang ini merupakan salah satu teman seperjuangan saya dulu saat di dunia kosan. Hehe. Orangnya cantik, baik, dan pintar sekali mencari peluang bisnis.

Iseng-iseng buka file di komputer, eh ternyata nyempil foto saya bersama Olin sekitar satu tahun yang lalu saat iseng main ke Jakarta.
Ini penampakannya:



Ceritanya waktu itu kita berencana main ke monas dari tempat kediaman Olin di Tangerang. Akan tetapi dikarenakan satu dan lain hal, salah satunya adalah lamanya waktu di perjalanan, akhirnya petualangan kami hanya terfokus di MOI dan Atrium Senen. Sekalipun saat bepetualang di Senen saya nyaris kecopetan, akan tetapi perjalanan saat itu begitu menyenangkan. Thank’s for Olin.. ^^


Jumat, 15 Mei 2015

Sandal yang Tertukar..

Gara-gara sandal tertukar semalam, berujung pada obrolan seputar keimanan. Kok bisa? Lha bisa, orang katanya lebih baik sandal yang tertukar dari pada iman kita yang tertukar/ tergadai. Sama-sama dapat malu namun kadar 'kemaluannya' itu yg berbeda ('kemaluan' disini = rasa malu). 

Kalau sandal yang tertukar mungkin malunya pas ketemu orang dijalan, itupun yang memang kebetulan lihat. Karena kebanyakan orang acuh tak acuh dengan urusan kita. Kalaupun harus malu, tinggal kita kelola manajemen malunya. Kita tekan rasa malu dengan menaikan rasa kepercayaan diri. Insyaallah, hidung kita ga akan copot kok karena urusan sepele begini. Dan dengan PD bahkan orang lain pun ga akan tau dengan apa yang tengah kita alami.
Itu untuk kasus sendal tertukar.

                                          Picture; Sorry..kondisi sandal apa adanya.. ^^

Lalu bagaimana jikalau iman kita yang tertukar?
Seperti yang tadi dibilang, derajat malunya itu lebih tinggi dari sekadar sandal yang tertukar. Malunya tuh ga cuman disini (dunia), tapi juga disana (akhirat). Tidak hanya pada mahluk yang ada di bumi tapi juga pada Sang Penguasa diri, Allah SWT. Dan mending kalau hanya sekadar malu, tapi ini katanya akan celaka pula. Hiiiiiiyy.. nau'dzubillahimindalik..

Sadar ataupun tidak, dari dulu sampai sekarang banyak sekali fenomena orang menukarkan keimanannya dengan dunia. Baik itu ditukar hanya dengan satu dus indomie ataupun kekuasaan yang melangit. Dan memang 'iman' itu memiliki daya tawar tinggi. Tergantung kondisi keimanannya. 
Semakin tinggi iman seseorang maka semakin tinggi pula daya tawarnya. Sampai ada kasus dimana orang/ lembaga rela menggelontorkan sekian milyar berikut kekuasaan hanya untuk memalingkan seseorang dari keimanannya.

Tetapi setinggi apapun nilai yang ada di dunia, tetap tidak ada yang bisa menawar dengan pantas harga untuk sebuah keimanan. Apalagi kalau disisi Allah itu, nikmat dunia ini senilai harganya dengan sayap nyamuk (HR. Tirmidzi).

"Tapi yaa namanya juga godaan/ujian hidup. Siapa yg menjadikan iman itu prinsip hidupnya, dialah yg selamat dr godaan". Kata teman.

Semoga kita semua terhindar dari hal-hal seperti itu. Selamat dunia-akhirat. Aamiin..
Tidak ada kata terlambat untuk memulai yang baik.. (alarm untuk diri sendiri)

Kamis, 14 Mei 2015

Soal Berita Prostitusi

Maraknya pemberitaan soal prostitusi di dunia maya akhir-akhir ini membuat saya mual sekaligus miris setengah mati. Beragam kasus serupa (prostitusi) dengan kisah dan pelaku yang berbeda-beda, setiap hari wara-wiri di televisi, entah itu breaking news pagi, siang, malam, bahkan tengah malam. Belum lagi setiap buka harian online, pastinya selalu terselip bahkan berulang-ulangan ulasan mengenai hal tersebut.

Entah siapa yang memutuskan dan memilih tema untuk perkembangan berita akhir-akhir ini, semua nampak sama dan serupa. Sehingga saking seringnya, kasus bombastis yang seharusnya dapat tanggapan serius mendadak jadi hal biasa. Seolah membentuk opini publik yang mengarahkan pada sikap  "pemakluman" fenomena itu terjadi di jaman seperti sekarang.

Saya sebagai penikmat berita sebetulnya masih bisa memilih berita yang sekiranya penting untuk dibaca. Namun diantara sekian banyak berita politik yang menyesakkan, justru berita kriminalitas lah yang banyak mendapatkan perhatian. (Bukan saya saja, lho! Tp kebanyakan orang disekitar saya pun berpendapat demikian). Apalagi kalau beritanya kontroversial, semua orang 'nyempet-nyempetin' mengikuti setiap perkembangannya. Mungkin karena hal tersebut paling dekat dan mungkin untuk bisa terjadi disekitar kita.

Nah, untuk berita sekarang mengenai prostitusi artis, saya tidak akan berkomentar banyak. Karena sebetulnya seperti yang Moammar Emka bilang, isu ini sudah lama terjadi dan memang benar adanya. Hanya entah kenapa akhir-akhir ini baru diblow-up.
Semoga saja menjadi kabar baik dan merupakan akhir hayat dari eksisnya bisnis berlendir ini.
Bukan sebagai pengalih isu semata.


‘Table Manners’ SMK BPI 2014 /2015


Rabu, 13 mei 2015, para siswi SMK BPI untuk program kejuruan Administrasi Perkantoran (AP) melaksanakan kegiatan Table Manners di Hotel Savoy Homann – Bandung. Kegiatan yang diikuti oleh seluruh siswi kelas X dan XI AP ini adalah kegiatan yang masih satu paket dengan program ‘Beauty Class’ di minggu kemarin. Yang mana harapannya dari kegiatan ini, para siswi selain having good performance juga manners.

Dalam kegiatan Table Manners kemarin, para siswi tidak hanya diajarkan bagaimana memiliki manners di meja makan, tetapi juga ada pembekalan mengenai Public Speaking yang dijelaskan oleh Staff Management Hotel bagian Humas. Dari pantauan yang ada terlihat para siswi sangat antusias dengan pembahasan ini, banyak diantaranya mengajukan beberapa pertanyaan seputar Publik Speaking yang sebelumnya belum tersampaikan dalam pembahasan. Seperti permasalahan-permasalahan yang umumnya dihadapi oleh para public speaker.    


Tidak hanya itu, sesaat sebelum Table Manner, para Staff Management Hotel mengajak para siswi  melakukan Hotel Tour. Layaknya sebuah tour, para siswi dengan dibagi menjadi tiga kelompok diajak berkeliling di dalam hotel. Melihat bermacam fasilitas, kondisi dan penghargaan yang telah didapat. Dan sebagai salah satu Hotel yang banyak menjadi saksi sejarah, Hotel Savoy Homann betul-betul luar biasa. Akibat dari dedikasinya, integritasnya dan eksistensinya selama puluhan tahun Savoy Homann menjadi salah satu tempat yang masuk kategori cagar budaya di Kota Bandung.   

Dokumentasi:

     >> Public Speaking



     >> Hotel Tour






    >> Table Manners



    >> Meals





  ============================== Galeri Narsis ===========================



Senin, 27 April 2015

Awas, Ada Payung Terbang!


Beginilah suasana di Jalan Otista Bandung menjelang KAA, 23 April 2015 kemarin. Bebas mobil, bebas motor, dan tentu saja yang tak kalah pentingnya adalah bebas selfie.

Ada yang berbeda dengan wajah Bandung, khususnya di Jalan Otista sekitaran Pasar Baru kemarin. Jalan yang biasanya penuh sesak dengan para pendagang serta padatnya laju kendaran, kemarin tampak begitu berseri dan menyenangkan. Betapa tidak, tiga hari menjelang acara puncak Peringatan Konferensi Asia-Afrika yang ke-60, pemkot Bandung memerintahkan adanya sterilisasi di ruas jalan utama yang nantinya akan menjadi rute perjalanan bagi para delegasi di Kota Bandung. Dan Jalan Otista atau Otto Iskandardinata ini adalah salah satunya.

Tak hanya kondisi jalan yang dibuat bebas dari kendaraan, suasana di Jalan Otista pun dipercantik dengan keberadaan payung warna-warni yang membentang disepanjang jalan. Dari kejauhan nampak seperti payung terbang, akan tetapi jika kita amati dari dekat payung-payung tersebut diikat oleh tali yang sengaja dibentangkan diatas jalan.


Kenapa saya bisa selfie di sini padahal saat itu adalah jam sekolah, ceritanya adalah…. Hehe. Saat itu saya dan teman sesama guru diminta bagian kurikulum untuk belanja kebutuhan ATK dalam jumlah yang tidak sedikit. Berhubung barang yang kami beli banyak dan beragam, akhirnya pergilah kami ke Jalan Cibadak yang terkenal dengan perlengkapan ATK yang lengkap dan murahnya itu. Namun sayangnya jalan yang biasa kami lewati mendadak dialihkan karena adanya sterilisasi tersebut. Alhasil kami berputar-putar hingga akhirnya stuck di jalan otista. Berhubung kondisi di jalan otista pun sama, kendaraan tidak diperbolehkan masuk kecuali di dorong, akhirnya mau tidak mau kami pun melakukan hal yang diperintahkan tersebut. Hehe, tetapi dengan tak lupa menyempatkan waktu untuk berselfie-ria dulu.


Bandung Edun euy!


Jumat, 06 Februari 2015

Manglayang Jungle Place




Minggu, 18 januari 2015, saya berserta anak-anak di Klub Bahasa SMK BPI pergi ke salah satu tempat rekreasi di Bandung Timur. Manglayang Jungle Place atau yang biasa disingkat “MJP”, merupakan salah satu tempat rekreasi keluarga di Bandung Timur yang menyuguhkan keindahan panoramic yang luar biasa. Bagaimana tidak, letak bangunannya yang terdapat di dataran tinggi gunung Manglayang membuat para pengunjung betah berlama-lama menikmati suguhan pemandangan Kota Bandung yang seolah terhampar bak permardani. Belum lagi udaranya yang sejuk dan lingkungan disekitarnya yang hijau menyegarkan mata. Benar-benar pas bagi pengunjung yang ingin mencari ketenangan  dan kenyamanan di alam bebas.

 Tarif untuk bisa masuk kesana cukup terjangkau, cukup 10.000 rupiah saja /orang. Akan tetapi akses untuk bisa menuju kesana pun lumayan sedikit sulit. Untuk pengunjung dari arah Jakarta misalnya, dari Pasteur pengunjung masih harus lurus terus menuju arah ke Cicaheum. Dari cicaheum masih terus sampai nanti melewati jalan ujung berung, dan tidak jauh dari Jl. Ujungberung nanti ada yang namanya Jl. Cilengkrang 1. Sehabis menemukan Jl. Cilengkrang 1, kemudian pengunjung belok dan terus mengikuti jalan yang nantinya akan menuju MJP. Jalanannya tidak terlalu besar namun bisa seandainya pengunjung ingin membawa mobil pribadi. Kondisi jalan bagus, namun sedikit menanjak. 

Mungkin karena masih terbilang baru, baru berdiri ±2 tahun), jadi untuk fasilitas di tempat ini masih belum bisa dikatakan lengkap. Untuk flying fox saja, misalnya, masih berupa mini flying fox. Begitu pun dengan waterboom nya, yang hanya diperkenankan untuk anak-anak saja. Akan tetapi walaupun demikian, tidak usah kecewa karena masih banyak beragam permainan lainnya yang ternyata bisa pula dimainkan oleh orang dewasa.

Foto 3; mini waterboom
 Foto 4; udara sejuk nan segar
 Foto 5; suasana nyaman


Mengenai perjalanan kami, saya dan anak-anak (berjumlah sepuluh orang), mulai berangkat pada pukul 08.00 WIB. Terlalu pagi memang, tetapi antisipasi macet dan lain sebagainya. Namun sungguh diluar dugaan, jalanan pada saat itu benar-benra lancar. Sehingga dari sekolah (Jl. Burangrang) menuju MJP (Jl. Cilengkrang), kami hanya memakan waktu ±1 jam saja. Dengan menggunakan kendaraan pribadi. 
     
 

=============================== Foto Kegiatan =============================






Selasa, 03 Februari 2015

Tea House Café; Terpenjara di dalam sangkar..^^



Terletak di area Cihampelas Walk (Ciwalk), Tea house café menjadi salah satu tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi. Tidak hanya konsepnya yang unik, tetapi juga letak bangunannya yang berada di areal skywalk – ciwalk (atas Game Master) yang menyajikan sensasi pemandangan yang lain dari biasanya.  

 Saat kita melintas di area skywalk, keberadaan Tea House ini menjadi sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian. Konsep ‘sangkar burung’ yang diusungnya betul-betul menjadi pembeda dari yang lain. Suasana nyaman dan hangat bak didalam sangkar langsung menyeruak mana kala kita masuk ke area dalam di café ini. Ornamen kayu serta bambu yang mendominasi membuat para pengunjung seolah berada di dalam sangkar yang sesungguhnya. 

 Perkara menu memang belum sepenuhnya ada di café ini. Sampai saat ini masih terlihat segmented,  baru sebatas makanan tradisional sunda dan aneka camilan saja. Untuk makanan berat, diantaranya ada; aneka nasi goreng, nasi timbel komplit, soto, dll. Sedangkan untuk aneka camilannya ada; mie bakso, batagor, siomay, singkong keju, pisang keju, onion ring, dll.


Dan untuk masalah harga pun, tidak perlu khawatir. Harga makanan disini masih bisa dibilang ramah dompet. Contohnya untuk makanan berat saja ada di rentang 24.000 – 34.000. Serta untuk camilannya, kita masih bisa menemukan yang harganya 15.000 – 20.000 an. Begitupun dengan minumannya, untuk Chocotea saja misalkan harganya masih 9.000 –an.
Tempat yang bisa kita andalkan untuk sekadar nongkrong, meeting up dengan teman maupun keluarga. 



============================= Galeri Narsis ===============================