Kamis, 21 Juli 2016

Wisata Alam; Situs Batu Kuda - Manglayang

Dibagian timur Kota Bandung, tepatnya di perbukitan Gunung Manglayang Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, kabupaten Bandung, terdapat sebuah destinasi wisata yang bernama situs Batu Kuda. Sebuah tempat wisata yang unik dan sedikit misterius dikarenakan cerita sejarahnya yang sarat dengan unsur mistis. Bahkan sebagian dari ‘kemistisannya’ itu dijadikan sebagai landasan aturan yang berlaku bagi tiap pengunjung yang akan datang kesana. Salah satu contohnya, keharusan untuk datang dengan jumlah (pengunjung) ganjil, serta larangan masuk area Gunung manglayang dihari Senin dan Kamis, dan lain sebagainya.

Batu (yang dianggap) menyerupai mulut kuda, asal usul pemberian nama Situs Batu Kuda
Berbekal cerita mistis seputar Gunung Manglayang, saya bersama anak-anak (murid) di sekolah memutuskan untuk pergi ke area wisata Batu Kuda. Tujuan kami sebetulnya bukan untuk mengkonfirmasi kebenaran dari cerita tersebut, akan tetapi sekadar untuk memanjakan mata dan merefreshing kan pikiran setelah sebelumnya aktif bekerja. Sebetulnya rekaman saya kali ini terbilang basi sih, karena kunjungan saya dan anak-anak dilakukan sekitar bulan Januari 2016, dan sekarang sudah bulan Juli. Tapi mudah-mudahan untuk segala informasi dan dokumentasinya tidak lantas ikut-ikutan basi. Hehe

Perjalanan kami dimulai dari Bundaran Cibiru. Sekitar 3 km dari bundaran Cibiru (arah ke Cileunyi) nanti akan ada jalan belok ke kiri dan agak naik ke atas.  Nah, ikuti saja jalur tersebut sampai nanti ketemu dengan area situs Batu Kuda. Tidak perlu khawatir, karena disetiap cabang jalan terdapat petunjuk jalan yang mengarahkan  ke area tersebut.

Kondisi jalan pada awalnya lumayan cukup bagus, hanya semakin kesana lumayan semakin terjal. Apalagi kalau sudah mau mencapai lokasi, permukaan jalannya berbatu dan sedikit licin dikala hujan. Beruntungnya saya beserta anak-anak menggunakan motor sehingga lumayan teratasi walaupun sedikit deg-deg an juga saat melintasi area berbatu.

Hutan pinus
Sesampainya di area Gunung Manglayang, setelah pintu masuk kita akan langsung disuguhi oleh pemandangan hutan pinus yang bikin sejuk. Belum lagi udaranya, walaupun dingin tapi adem dan seger. Maklum kita berangkat dari jam 8 pagi, antisipasi perjalanan yang jauh dan kemacetan yang mana akan memakan banyak waktu. Akan tetapi (ternyata) hanya perlu waktu kurang lebih satu jam saja untuk bisa sampai kesana dengan menggunakan motor. Betul-betul diluar dugaan.  Harga tiket untuk masuk ke situs Batu Kuda cukup dengan membayar IDR 3000 per/orang dan tambahan IDR 5000 jika ingin berlanjut camping.

Tanaman kopi






================  Galeri Narsis  ==============

Siap memulai perjalanan

Senin, 04 Juli 2016

Bukan Karena Kurangnya ‘Hari’, tapi Apakah Sudah ‘Sepenuh Hati’?

Catatan Ramadhanku 1437 H

Berangkat dari persiapan iman dan ihtisab, kucoba hadirkan makna disetiap waktu yang bergulir dengan cepatnya.
Waktu yang terkadang terasa mencekik, namun pula seolah memanjakan.
Sederet target dan harapan kutulis disecarik kertas yang kusebut sebagai ‘kertas harapan’,
berharap (itu) benar-benar bisa mengabulkan harapan, walaupun kenyataannya upaya dan kehendak Allah lah yang akhirnya Memutuskan.

Sepuluh hari pertama Ramadhan, diri ini bak sufi yang shalih dari sifat keduniawian.
Beragam judul drama Korea yang biasanya jadi godaan, mendadak ditinggalkan karena takut melalaikan dari pengerjaan target amalan.
Diri ini fokus dan berapi-api, walau terkadang perlu juga untuk mengecek orientasi dan spirit apa yang melandasi.

Sepuluh hari kedua,
Progressing Target masih berjalan, hanya sedikit lalai dengan adanya kemudahan.
Bermacam kemudahan yang Allah berikan tanpa henti, menjadikan diri ini (tanpa sadar) dungu dan tak tahu diri.
Mungkin karena nikmat tersebut kurang disyukuri, sehingga akhirnya malah menumbuhkan semacam penyakit di dalam hati.
Ya, penyakit merasa paling disayangi (oleh Allah), tanpa diiringi usaha untuk lebih meningkatkan kualitas diri.
Yang ada malah santai seperti di pantai..
Syukurin lo!! (harus disyukuri).

Sepuluh hari ketiga,
Diri mulai terasa tidak karuan, disebabkan banyaknya dinamika yang bermunculan.
Mungkin ini salah satu akibat dari tidak cermatnya memahami ujian,
Yang mana bisa bewujud kesulitan maupun kemudahan.
Idealnya;
Kemudahan menuntut kita untuk bersyukur dan mengingat Allah,
Kesulitan mewajibkan kita untuk bergantung, dan mengingat Allah.

Tapi apa daya, nasi sudah menjadi basi. Sebagaimana nasi yang basi, tidak bisa dimakan kecuali dijemur dan menjadi nasi aking basi. (halaah..)
Apapun yang terjadi, walaupun esok tinggal sehari,
Akan kupergunakan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri, memperbanyak istighfar, bertaubat, dan berserah diri tuk bisa meraih Kemenangan SEJATI.
Seorang hamba yang sadar akan JATI DIRI.

Bandung, 05 Juli 2016
Taqobalallahu minna waminkum shyiamana wa shyamakum.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H / 6 Juli 2016