Gara-gara sandal tertukar semalam, berujung pada obrolan seputar keimanan. Kok bisa? Lha bisa, orang katanya lebih baik sandal yang tertukar dari pada iman kita yang tertukar/ tergadai. Sama-sama dapat malu namun kadar 'kemaluannya' itu yg berbeda ('kemaluan' disini = rasa malu).
Kalau sandal yang tertukar mungkin malunya pas ketemu orang dijalan, itupun yang memang kebetulan lihat. Karena kebanyakan orang acuh tak acuh dengan urusan kita. Kalaupun harus malu, tinggal kita kelola manajemen malunya. Kita tekan rasa malu dengan menaikan rasa kepercayaan diri. Insyaallah, hidung kita ga akan copot kok karena urusan sepele begini. Dan dengan PD bahkan orang lain pun ga akan tau dengan apa yang tengah kita alami.
Lalu bagaimana jikalau iman kita yang tertukar?
Seperti yang tadi dibilang, derajat malunya itu lebih tinggi dari sekadar sandal yang tertukar. Malunya tuh ga cuman disini (dunia), tapi juga disana (akhirat). Tidak hanya pada mahluk yang ada di bumi tapi juga pada Sang Penguasa diri, Allah SWT. Dan mending kalau hanya sekadar malu, tapi ini katanya akan celaka pula. Hiiiiiiyy.. nau'dzubillahimindalik..
Sadar ataupun tidak, dari dulu sampai sekarang banyak sekali fenomena orang menukarkan keimanannya dengan dunia. Baik itu ditukar hanya dengan satu dus indomie ataupun kekuasaan yang melangit. Dan memang 'iman' itu memiliki daya tawar tinggi. Tergantung kondisi keimanannya.
Semakin tinggi iman seseorang maka semakin tinggi pula daya tawarnya. Sampai ada kasus dimana orang/ lembaga rela menggelontorkan sekian milyar berikut kekuasaan hanya untuk memalingkan seseorang dari keimanannya.
Tetapi setinggi apapun nilai yang ada di dunia, tetap tidak ada yang bisa menawar dengan pantas harga untuk sebuah keimanan. Apalagi kalau disisi Allah itu, nikmat dunia ini senilai harganya dengan sayap nyamuk (HR. Tirmidzi).
"Tapi yaa namanya juga godaan/ujian hidup. Siapa yg menjadikan iman itu prinsip hidupnya, dialah yg selamat dr godaan". Kata teman.
Semoga kita semua terhindar dari hal-hal seperti itu. Selamat dunia-akhirat. Aamiin..
Tidak ada kata terlambat untuk memulai yang baik.. (alarm untuk diri sendiri)
kisah yang bagus untuk kita renungi
BalasHapuswaduuh, maaf pak memet sy jarang buka blog nih.. iya pak, apapun yg terjadi pastinya selalu 'nyempil' hikmah didalamnya..
BalasHapus